Selasa, 12 April 2016

Gender

MAKALAH
PERBEDAAN GENDER DALAM MASYARAKAT  SUKU MADURA”

logo universitas airlangga.jpg

Oleh :
Eva Sahla Rizqiyah
071311533017

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014



KATA PENGANTAR
          Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga makalah yang berjudul “ PERBEDAAN GENDER DALAM SUKU MADURA ” dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan berguna bagi almamater.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada kerabat yang sudah membantu proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan , dalam penyusunan makalah  penulis berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan makalahini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.




Surabaya , 09 JUNI 2014


                                                                                                Penulis




DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I      PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang..........................................................................1
1.2   Rumusan  Masalah ....................................................................2
1.3    Tujuan Penulisan ......................................................................2
1.4    Manfaat Penulisan ....................................................................2

BAB II    PEMBAHASAN
                 2.1  Bagaimana Perbedaan Gender Dalam Pendidikan Suku Madura.
                     2.2. Bagaimana Perbedaan Gender Dalam Mata Pencaharian Suku Madura .
                2.3.  Bagaimana Perbedaan gender Dalam Adat Istiadat Suku Madura.
                2.4. Bagaimana Agama Dalam Suku Madura.

BAB III   METODE PENELITIAN
                        3.1 Metode penelitian.......................................................................
                        3.2 Objek penelitian..........................................................................
                        3.3 Desain prosedur penelitian.........................................................
                        3.4 Teknik Pengumpulan data..........................................................
                        3.5 Teknik analis data.....................................................................


BAB IV  PENUTUP
4.1      Simpulan.............................................................................
 4.2     Saran ...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
















BAB I
PENDAHULUAN
1.1           Latar Belakang
Suku yang memiliki semboyan “ E tembang pote matah, angok pote tolang”  yang memilki arti bahwa  “ lebih baik mati daripada dipermalukan” adalah semboyan dari suku Madura, Orang Madura adalah kelompok suku terbesar ketiga dipulau Indonesia. Suku Madura ini memiliki sifat atau karakteristik yang keras, yang membentuk karakteristik memiliki sifat yang keras disebabkan oleh adanya faktor lingkungan yang ada disekitar mereka dan sejarah penindasan terhadap mereka yang dilakukan oleh suku lainnya. Mayoritas orang madura tinggal di Pulau Madura itu sendiri ataupun juga di  bagian Timur Pulau Jawa. Orang madura juga terkenal sebagai orang yang sangat bekerja keras dan tidak mudah menyerah begitu saja.
Mata pencaharian orang- orang madura adalah sebagai nelayan,petani, pelaut, pengemudi becak , supir, buruh- buruh yang tidak terampil dan lain sebagainya. Orang Madura dalam sisi pendidikan memiliki riwayat yang cukup rendah juga, karena dalam lingkungan mereka mayoritas untuk anak perempuan ketika sudah menginjak lulus SMP atau SMA merekaakan dinikahkan. Jarang anak muda umur 20 tahun keatas melanjutkan sekolah tinggi karena lebih baik menikah daripada melanjutkan pendidikan.
Mayoritas orang Madura addalah penganut Islam yang taat, tetapi disamping itu juga banyak orang- orang madura yang mencari perlindungan dari penggunaan mantar- mantra atau dan lain sebagainya. Didalam Suku Madura memiliki ciri khusus dan penghargaaan khusus tersendiri. Bagi orang Madura yang melaksanakan haji akan memiliki pandangan, gelaran,  atau penghargaan khusus ketika mereka melaksanakan ibadah haji ataupun juga yang menjadi kyai juga memiliki pengahrgaan khusus dan akan lebih dihormati. Gender juga tidak sama didalam suku madura, laki- laki derajatnya lebih tinggi daripada perempuan dan akan lebih berkuasa dibandingkan dengan perempuan. Mayoritas dalam kehidupan mereka yang hidup dalam perkampungan yang padat.

1.2           Rumusan Masalah
            1.2.1. Bagaimana Perbedaan Gender Dalam Pendidikan Suku Madura ?
            1.2.2. Bagaimana Perbedaan Gender Dalam Mata Pencaharian Suku Madura ?
            1.2.3.  Bagaimana Perbedaan gender Dalam Adat Istiadat Suku Madura ?
            1.2.4. Bagaimana Agama Dalam Suku Madura ?
1.3           Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui  perbedaan gender dalam pendidikan Suku Madura.
2.      Mengetahui perbedaan gender dalam mata pencaharian Suku Madura.
3.      Mengetahui Perbedaan gender dalam adat istiadat Suku Madura.
4.      Mengetahui bagaimana agama dalam Suku madura.

1.4             Manfaat Penelitian.
1.      Kita dapat mengetahui perbedaan gender dalam pendidikan Suku Madura.
2.      Kita dapat mengetahui perbedaan gender dalam mata pencaharian Suku Madua.
3.      Kita dapat mengetahui perbedaan gender dalam adat istiadat Suku Madura.
4.      Kita dapat mengetahui bagaimana agama dalam Suku Madura














BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perbedaan Gender Dalam Pendidikan Suku Madura.
Untuk pendidikan perempuan Madura sudah lumayan masuk kedalam era globalisasi yang modern. Meskipun banyak sekali perempuan- perempuan Madura yang tidak ingin melanjutkan sekolah bahkan sekolah dipandang sebelah mata oleh masyarakat Suku Madura, karena pendapat masyarakat Madura adalah buat apa anak perempuan sekolah kalau pada akhirnya mereka akan dirumah menjadi ibu rumah tangga dan mengasuh anak. Daripada mereka bersekolah membuang- buang uang lebih baik mereka bekerja.
Tetapi untuk perempuan yang sudah terpengaruh oleh modernisasi mereka akan cenderung untuk berpikir kedepannya dan tidak mengikuti jaman yang terlibat dengan tradisi yang sangat kental. Tetapi pada saat ini perempuan yang mengikuti jaman modernisasi hanya sebagian kecil saja dan mayoritas yang tidak bersekolah lebih banyak. Yang membuat perempuan- perempuan Madura tidak bersekolah adalah prinsip dan tradisi yang sudah diterapkan bahwa buat apa anak perempuan kita sekolah kalu pada akhirnya mereka akan dirumah saja.
Untuk pendidikan laki- laki Madura juga sama halnya seperti perempuan, niat untuk bersekolah menuntut ilmu itu tidak ada, hanya beberapa saja yang mengikuti modernisasi. Laki- lakipun juga berprinsip bahwa mereka lebih baik bekerja untuk mendapatkan uang daripada untuk bersekolah. Tanpa mereka sadari, mereka tidak melihat kedua lapangan pekerjaan yang keluar, mereka rata- rata akan bekerja di daerah Madura itu sendiri, luar pulau dan juga bisa ke negri orang tetapi untuk lulusan yang memiliki nilai plus itu jarang karena pendidikannya. Tetapi rata- rata masyarakat madura yang laki-laki kebanyakan nelayan, petani dan lain sebagainya yang tidak membutuhkan ijazah untuk melamar pekerjaan.
Maka dari itu, dalam Suku Madura tingkat pendidikannya itu sangat rendah. Tidak peduli SD SMP atau SMA mereka jarang mengenal pendidikan disana. Mereka sangat memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja tetapi tidak untuk berpendidikan karena adanya kebiasaan dari turun- temurun dan juga seseorang yang pekerja keras, disiplin, dan lain sebagainya.

2.2. Perbedaan Gender Dalam Mata Pencaharian Suku Madura.
Dalam mata pencaharian Suku Madura laki- laki dengan perempuan juga berbeda. Mata pencaharian laki- laki biasanya banyak yang menjadi pelaut, pengemudi becak, nelayan, buruh- buruh yang tidak terampil dan lain sebagainya. Tetapi untuk mata pencaharian perempuan biasanya ketika mereka ditinggal oleh duaminya bekerja jauh dari rumahnya atau mereka bekerja di luar Madura biasanya mereka menyibukkan diri untuk membuat batik atau yang lainnya yang tidak membutuhkan waktu untuk keluar rumah karena mereka mengerjakan pekerjaan tersebut dirumahnya. Karena biasanya pihak laki- laki atau suaminya tersebut tidak mengizinkan perempuannya itu keluar rumah untuk bekerja.
Laki- laki biasanya bekerja yang berat- berat sedangkan perempuannya bekerja yang ringan, dan perempuan juga harus mengasuh anak mereka.
Secara rata- rata orang Madura hidup dengan pendapatan yang rendah, mayoritas yanng hidup dalam komunitas pertanian. Iklimnya yang sangat panas dan tanahnya tidak subur sehingga hanya menghasilkan dua panen jenis saja hanya padi dan tembakau. Perempuannya biasanya menmbatik atau mengukuir yang kemudian ini menjadi kesenian seni rupa yang menjadi kebiasaan mereka yang menjadikan mereka menjadi kreatif. Dan perbedaan gender dalam mata pencaharian orang- orang Suku madura untuk laki- laki dan perempuan tingkat perbedaannya adalah untuk laki- laki biasanya bekerja keluar pulau dan bekerja yang berat sedangkan untuk perempuan biasanya bekerja dirumah menjadi seniman membuat batik atau mengukir dan yang ringan- ringan.
Dengan adanya hal seperti itu menjadikan kebutuhan pokok yang akan mereka butuhkan bisa mendapatkan tambahan dari seorang istrinya yang mengerjakan batik atau berseni rupa yang cukup menghasilkan uang untuk meringankan beban suaminya.

2.3. Perbedaan Gender Dalam Adat Istiadat Suku Madura.
Suku Madura yang terkenal dengan gaya khas bicaranya yan keras dan blak – blakan, sifatnya yang sangat keras dan mudah tersinggung selain itu mereka juga memiliki sifat yang sangat hemat, disiplin dan rajin dalam bekerja, mereka sangat bekerja keras.
Dalam Suku Madura ada pepatah “ etambang pote mata lebi bagus pote tulang”  yang artinya bahwa daripada hidup menanggung malu, lebih baik mati berkalang tanah. Dengan adanya pepatah seperti ini yang menjadikan Madyarakat madura ini mengenal tradisi carok dari jaman dulu. Tradisi carok dilakukan ketika mereka dipermalukan , karena menggoda wanitanya, tuduhan mencuri, pembalas dendaman, perebutan warisan, dsb. Semuanya akan mengacu pada perasaaan malu yang melecehkan harga dirinya. Adanya hal tradisi ini sangat didukung juga oleh masyarakat atau didukung oleh lingkungannya. Ketika seseorang tersebut berhasil untuk membunuh lawannya, seseorang itu justru akan memiliki rasa yang puas, lega dan kebanggaan untuk dirinya sendiri.
Seseorang yang ketika dipermalukan atau dilecehkan tetapi tidak melakukan carok, jutru mereka akan dikatakan sebagai orang yang lemah, takut, dan lain sebagainya. Maka mau tidak mau dengan adanya hal seperti itu menjadikan masyarakat menggunakan tradisi itu dengan secara turun temurun.
Tindakan mengganggu istri adalah pelecehan harga diri paling menyakitkan untuk laki- laki. Karena menuurut laki- laki Suku Madura mereka menikah dengan penghulu dan disaksikan oleh banyak orang dan juga memenuhi peraturan agama  maka mereka orang- orang laki- laki sangat menjaga istrinya karena menurut mereka istri adalah “bhantalla pate” yang atinya landasan kematian.
Dalam Suku madura mengenal kata “ aghaja’ nyaba” yang pengertiannya sama dengan tindakan mempertaruhkan atau mamainkan nyawa. Selain melecehkan harga diri juga merusak tatanan sosial. Oleh karena itu, menurut pandangan orang Madura  mengganggu kehormatan tidak bisa diampuni lagi dan harus dibunuh.
Tetapi ada 2 jalan alternatif, yang pertama membunuh orang yang melecehkan istri akan dibunuh orang tersebut dan tidak bisa ditawar lagi, jalan alternatif yang kedua yaitu membunuh keduannya karena mereka terjalin percintaan. Maka tradisi didalam Suku Madura ini sangat keras dan mengeluarkan pembunuhan darah yang sangat kejam dan keras.

2.4. Agama Dalam Suku Madura.
Mayoritas orang Madura dikenal sebagai penganut Muslim Suni yang taat. Orang Madura bisa menjadi siapa saja, karena yang menjadi tolak ukur orang Madura adalah agama ( Islam ). Syarat menjadi orang Madura itu harus orang Islam. Bukan hanya identik tetapi harus mutlak Islam. Banyak sekali hampir semua masyarakat Suku Madura saling berlomba- lomba untuk melaksanakan Ibadah Haji, bagaimanapun caranya mereka saling bersaing untuk melakasanakan ibdah haji. Tetapi disamping itu orang- orang Madura melaksanakan hal seperti itu karena ingin dipandang. Orang Madura akan mendapaatkan penghargaan dan akan dipandang ketika mereka sudah melaksanakan Ibadah Haji. Dengan adanya hal seperti itu, menjadikan untuk semena- mena bahwa dirinya tersebut terpadang.
Ada stratifikasi di lingkungan masyarakat agama / pesantren yang dibagi menjadi 4 tingkatan dari tingkatan yang paling teratas, yaitu :
1.      KEYAE
Seseorang yang dikenal sebagai pemuka agama ( ulama ) karena menguasai banyak ilmu Agama Islam. Keyae berfungsi sebagai pembina umat, penerus atau pengajar para santri- santrinya.
2.      BINDRAH
Sama seperti halnya denga keyae. Ilmunya setara dengan keyae dan adapulabindarah yang sudah banyak didatangi untuk NYABIS terutama di Desa atau Dusun yang agak jauh dari seorang keyae.
3.      SANTRE
Orang- orang yang masih sedang menutut ilmu keagamaan disebuah pondok pesantren.
4.      BANNE SANTRE
Seseorang yang tidak pernah mondok atau tidak pernah melakukan ilmu keagamaan disebuah pondok pesantren.
Di masyarakat Suu Madura banyak sekali yang mendidik anakknya untuk masuk ke pondok pesantren. Maka tidak heran jika banyak sekali kita temui orang – orang Madura di pondok pesantren.
Tetapi tidak semua memiiki rasa untuk agar dipandang tinggi, hanya beberapa persen saja. Karena menurut mereka yang menjadi kyai akan lebih tinggi derajatnya dan akan lebih dihormati bahkan akan jadi panutan, entah dari sisi mana saja.
Maka tidak heran ketika Aceh disebut sebagai kota serambi Makkah, maka Madura disebut sebagai Serambi Madinah.






BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Makalah ini penulis mengguakan metode yaitu :
1.     Metode Wawancara
Metode ini menggunakan metode wawancara, penggunaan metode wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan gambaran mengenai perbedaan gender dalam masyarakat Suku Madura.
2.     Metode Literatur
Kegiatan pengamatan dan penelitian yang dilakukan penulis melalui internet.
3.2 Objek Penelitian
          yang menjadi objek penelitian makalah ini adalah perbedaan gender dalam masyarakat Suku Madura.
3.3  Desain / Prosedur penelitian
            Desain / prosedur penelitian yang dilakukan dalam makalah ini adalah :
1.      Menentukan tema / topik
Perbedaan gender dalam masyarakat Suku Madura.
2.      Mengumpulkan bahan dengan cara :
-          Mencari data melalui internet.
3.      Membuat kerangka makalah
Kerangka makalah menggunakan sistematika penulisan yang baik.
4.      Mengembangkan kerangka makalah.
Menggembangkan atau menguraikan data dan informasi yang sudah diperoleh dari wawancara dan media internet.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
          Dalam makalah ini teknik pengumpulan data yang dignakan adalah data sekunder penulis memperoleh dari beberapa sumber studi dari berbagai literatur di internet dan wawancara.

3.5 Teknik Analisi Data
          Pada makalah ini proses analisa dan keakuratan data telah dilakukan mulai dari proses studi literatur. setelah data diperoleh dan dikumpulkan maka data tersebut kemudian dibuat karangan secara utuh dan menyeluruh / lengkap sesuai dengan judul dan pembahasan makalah ini.

BAB IV
PENUTUP
1.1 Simpulan.
Kesimpulan dari pembahsan yang sudah dijabarkan adalah bahwa masyarakat Madura mayoritasnya dalam pendidikan itu tidak penting bahkan dipandang sebelah mata karena mereka lebih melihat kedepannya dan adanya kebiasaan turun- temurun yang tidak berpendidikan, rendahnya sumber daya alam juga memengaruhi mereka untuk berprestasi.
Dalam mata pencaharian masyarakat Madura yang paling banyak adalah sebagai nelayan dan petani tetapi juga ada sebagian yang bekerja diluar dan juga di negeri orang ini untuk laki- laki Madura sedangkan untuk Perempuan Madura biasanya bekerja membuat karya seni batik atau ukir misalnya, mereka menyibukkan diri untuk melakukan pekerjaan itu dan mereka melakukannya dirumah mereka, mereka tidak membutuhkan waktu untuk keluar rumah. Perempuan- perempuan ini juga membantu sedikit meringankan biaya untuk keperluan berumah tangga.
Untuk adat istiadat masyarakat Madura kebanyakan adalah carok, carok akan dilakukan untuk pembalas dendaman ataupun juga untuk hal- halyang merugikan orang lain dan mereka tidak terima dengan perakuan tersebut dan akhirnya terjadi pertukaran pertumpah darahan dan itupun berujung pada kematian.
Dalam segi agama, masyarakat madura sangat taat dan juga mutlak harus beragama Islam. Mereka juga bisa dipandang ketika mereka dapat melaksanakan ibadah haji begitupula juga dengan keyae, mereka akan sangat dihormati dan sangat terpandang.




1.2Saran.
Sebaiknya permpuan- perempuan Madura lebih melihat kedepan arah tujuannya dan tidak mengesampingkan sekolah, bukan berarti mereka pada akhirnya dirumah saja lalu tidak bersekolah. Begitu pula dengan laki- laki Madura yang memandang sebelah mata juga bahwa pendidikan itu tidak penting untuk kedepannya tetapi malah menghabiskan uang saja. Dilain sisi pendidikan sangat bermanfaat kedepannya.
Mata pencaharian masyarakat suku Madura agak rendah tapi disisilain semangat juang untuk bekerja keras sangatlah besar. Ini bisa memotivasi untuk daerah- daerah lain agar bisa terinspirasi seperti kerja keras mereka. Begitu pula dengan perempuan Madura yang ikut bekerja membuat seni rupa yang sangat bagus dan tidak menghiangkan ciri khas dari Suku mereka.
Untuk adat istiadat dalam Suku Madura ini sangatlah keras sekali, kalau ini sudah menjadi tradisi, sudah tidak bisa di ampuni lagi bagi pelakunya, dan ini berhubungan dengan carok. Untuk agama sebaiknya masyarakat Madura tidak melaksanakan ibadah haji agar mereka terpandang. Tetapi disisi lain islam di Madura ini sangatlah kental dan taat beribadah hanya saja ada beberapa yang ingin menyombongkan diri atau kata lain mereka agar dipandang dengan cara berangkat haji.yang paling tersentuh adalah, entah kaya atau miskin mereka akan berusaha mengumpulkan uang agar mereka dapat melaksanakan haji.








DAFTAR PUSTAKA

































Tidak ada komentar:

Posting Komentar