MAKALAH
“ PERBEDAAN GENDER DALAM MASYARAKAT SUKU MADURA”
Oleh :
Eva Sahla Rizqiyah
071311533017
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah
SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga makalah
yang berjudul “ PERBEDAAN GENDER DALAM SUKU MADURA ” dapat diselesaikan
dengan baik.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan dan berguna bagi almamater.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
kerabat yang sudah membantu proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan , dalam penyusunan makalah penulis berusaha
semaksimal mungkin sesuai dengan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan makalahini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Surabaya , 09 JUNI 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR
ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan
......................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan
....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bagaimana
Perbedaan Gender Dalam Pendidikan Suku Madura.
2.2. Bagaimana Perbedaan Gender Dalam Mata
Pencaharian Suku Madura .
2.3.
Bagaimana Perbedaan gender Dalam Adat Istiadat Suku Madura.
2.4. Bagaimana Agama Dalam Suku Madura.
BAB III METODE
PENELITIAN
3.1
Metode penelitian.......................................................................
3.2
Objek penelitian..........................................................................
3.3 Desain prosedur penelitian.........................................................
3.4 Teknik Pengumpulan data..........................................................
3.5 Teknik analis
data.....................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan.............................................................................
4.2 Saran
...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Suku yang memiliki
semboyan “ E tembang pote matah, angok pote tolang” yang memilki arti bahwa “ lebih baik mati daripada dipermalukan”
adalah semboyan dari suku Madura, Orang Madura adalah kelompok suku terbesar
ketiga dipulau Indonesia. Suku Madura ini memiliki sifat atau karakteristik
yang keras, yang membentuk karakteristik memiliki sifat yang keras disebabkan
oleh adanya faktor lingkungan yang ada disekitar mereka dan sejarah penindasan
terhadap mereka yang dilakukan oleh suku lainnya. Mayoritas orang madura
tinggal di Pulau Madura itu sendiri ataupun juga di bagian Timur Pulau Jawa. Orang madura juga
terkenal sebagai orang yang sangat bekerja keras dan tidak mudah menyerah
begitu saja.
Mata pencaharian
orang- orang madura adalah sebagai nelayan,petani, pelaut, pengemudi becak ,
supir, buruh- buruh yang tidak terampil dan lain sebagainya. Orang Madura dalam
sisi pendidikan memiliki riwayat yang cukup rendah juga, karena dalam
lingkungan mereka mayoritas untuk anak perempuan ketika sudah menginjak lulus
SMP atau SMA merekaakan dinikahkan. Jarang anak muda umur 20 tahun keatas
melanjutkan sekolah tinggi karena lebih baik menikah daripada melanjutkan
pendidikan.
Mayoritas orang
Madura addalah penganut Islam yang taat, tetapi disamping itu juga banyak
orang- orang madura yang mencari perlindungan dari penggunaan mantar- mantra
atau dan lain sebagainya. Didalam Suku Madura memiliki ciri khusus dan
penghargaaan khusus tersendiri. Bagi orang Madura yang melaksanakan haji akan
memiliki pandangan, gelaran, atau
penghargaan khusus ketika mereka melaksanakan ibadah haji ataupun juga yang
menjadi kyai juga memiliki pengahrgaan khusus dan akan lebih dihormati. Gender
juga tidak sama didalam suku madura, laki- laki derajatnya lebih tinggi
daripada perempuan dan akan lebih berkuasa dibandingkan dengan perempuan.
Mayoritas dalam kehidupan mereka yang hidup dalam perkampungan yang padat.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1.
Bagaimana Perbedaan Gender Dalam Pendidikan Suku Madura ?
1.2.2.
Bagaimana Perbedaan Gender Dalam Mata Pencaharian Suku Madura ?
1.2.3. Bagaimana Perbedaan gender Dalam Adat
Istiadat Suku Madura ?
1.2.4.
Bagaimana Agama Dalam Suku Madura ?
1.3
Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui perbedaan gender dalam pendidikan Suku Madura.
2.
Mengetahui
perbedaan gender dalam mata pencaharian Suku Madura.
3.
Mengetahui
Perbedaan gender dalam adat istiadat Suku Madura.
4.
Mengetahui
bagaimana agama dalam Suku madura.
1.4
Manfaat
Penelitian.
1.
Kita dapat mengetahui
perbedaan gender dalam pendidikan Suku Madura.
2.
Kita dapat
mengetahui perbedaan gender dalam mata pencaharian Suku Madua.
3.
Kita dapat
mengetahui perbedaan gender dalam adat istiadat Suku Madura.
4.
Kita dapat
mengetahui bagaimana agama dalam Suku Madura
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perbedaan Gender Dalam Pendidikan Suku Madura.
Untuk
pendidikan perempuan Madura sudah lumayan masuk kedalam era globalisasi yang
modern. Meskipun banyak sekali perempuan- perempuan Madura yang tidak ingin
melanjutkan sekolah bahkan sekolah dipandang sebelah mata oleh masyarakat Suku
Madura, karena pendapat masyarakat Madura adalah buat apa anak perempuan
sekolah kalau pada akhirnya mereka akan dirumah menjadi ibu rumah tangga dan
mengasuh anak. Daripada mereka bersekolah membuang- buang uang lebih baik
mereka bekerja.
Tetapi
untuk perempuan yang sudah terpengaruh oleh modernisasi mereka akan cenderung
untuk berpikir kedepannya dan tidak mengikuti jaman yang terlibat dengan
tradisi yang sangat kental. Tetapi pada saat ini perempuan yang mengikuti jaman
modernisasi hanya sebagian kecil saja dan mayoritas yang tidak bersekolah lebih
banyak. Yang membuat perempuan- perempuan Madura tidak bersekolah adalah
prinsip dan tradisi yang sudah diterapkan bahwa buat apa anak perempuan kita
sekolah kalu pada akhirnya mereka akan dirumah saja.
Untuk
pendidikan laki- laki Madura juga sama halnya seperti perempuan, niat untuk
bersekolah menuntut ilmu itu tidak ada, hanya beberapa saja yang mengikuti
modernisasi. Laki- lakipun juga berprinsip bahwa mereka lebih baik bekerja
untuk mendapatkan uang daripada untuk bersekolah. Tanpa mereka sadari, mereka
tidak melihat kedua lapangan pekerjaan yang keluar, mereka rata- rata akan
bekerja di daerah Madura itu sendiri, luar pulau dan juga bisa ke negri orang
tetapi untuk lulusan yang memiliki nilai plus itu jarang karena pendidikannya.
Tetapi rata- rata masyarakat madura yang laki-laki kebanyakan nelayan, petani
dan lain sebagainya yang tidak membutuhkan ijazah untuk melamar pekerjaan.
Maka
dari itu, dalam Suku Madura tingkat pendidikannya itu sangat rendah. Tidak
peduli SD SMP atau SMA mereka jarang mengenal pendidikan disana. Mereka sangat
memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja tetapi tidak untuk berpendidikan karena
adanya kebiasaan dari turun- temurun dan juga seseorang yang pekerja keras,
disiplin, dan lain sebagainya.
2.2. Perbedaan Gender Dalam Mata Pencaharian Suku Madura.
Dalam mata pencaharian Suku Madura laki- laki dengan
perempuan juga berbeda. Mata pencaharian laki- laki biasanya banyak yang
menjadi pelaut, pengemudi becak, nelayan, buruh- buruh yang tidak terampil dan
lain sebagainya. Tetapi untuk mata pencaharian perempuan biasanya ketika mereka
ditinggal oleh duaminya bekerja jauh dari rumahnya atau mereka bekerja di luar
Madura biasanya mereka menyibukkan diri untuk membuat batik atau yang lainnya
yang tidak membutuhkan waktu untuk keluar rumah karena mereka mengerjakan
pekerjaan tersebut dirumahnya. Karena biasanya pihak laki- laki atau suaminya
tersebut tidak mengizinkan perempuannya itu keluar rumah untuk bekerja.
Laki- laki biasanya bekerja yang berat- berat sedangkan
perempuannya bekerja yang ringan, dan perempuan juga harus mengasuh anak
mereka.
Secara rata- rata orang Madura hidup dengan pendapatan
yang rendah, mayoritas yanng hidup dalam komunitas pertanian. Iklimnya yang
sangat panas dan tanahnya tidak subur sehingga hanya menghasilkan dua panen
jenis saja hanya padi dan tembakau. Perempuannya biasanya menmbatik atau
mengukuir yang kemudian ini menjadi kesenian seni rupa yang menjadi kebiasaan
mereka yang menjadikan mereka menjadi kreatif. Dan perbedaan gender dalam mata
pencaharian orang- orang Suku madura untuk laki- laki dan perempuan tingkat
perbedaannya adalah untuk laki- laki biasanya bekerja keluar pulau dan bekerja
yang berat sedangkan untuk perempuan biasanya bekerja dirumah menjadi seniman
membuat batik atau mengukir dan yang ringan- ringan.
Dengan adanya hal seperti itu menjadikan kebutuhan pokok
yang akan mereka butuhkan bisa mendapatkan tambahan dari seorang istrinya yang
mengerjakan batik atau berseni rupa yang cukup menghasilkan uang untuk
meringankan beban suaminya.
2.3. Perbedaan Gender Dalam Adat Istiadat Suku Madura.
Suku Madura yang terkenal dengan gaya khas bicaranya yan
keras dan blak – blakan, sifatnya yang sangat keras dan mudah tersinggung
selain itu mereka juga memiliki sifat yang sangat hemat, disiplin dan rajin
dalam bekerja, mereka sangat bekerja keras.
Dalam Suku Madura ada pepatah “ etambang pote mata lebi
bagus pote tulang” yang artinya bahwa
daripada hidup menanggung malu, lebih baik mati berkalang tanah. Dengan adanya
pepatah seperti ini yang menjadikan Madyarakat madura ini mengenal tradisi
carok dari jaman dulu. Tradisi carok dilakukan ketika mereka dipermalukan ,
karena menggoda wanitanya, tuduhan mencuri, pembalas dendaman, perebutan
warisan, dsb. Semuanya akan mengacu pada perasaaan malu yang melecehkan harga
dirinya. Adanya hal tradisi ini sangat didukung juga oleh masyarakat atau
didukung oleh lingkungannya. Ketika seseorang tersebut berhasil untuk membunuh
lawannya, seseorang itu justru akan memiliki rasa yang puas, lega dan
kebanggaan untuk dirinya sendiri.
Seseorang yang ketika dipermalukan atau dilecehkan tetapi
tidak melakukan carok, jutru mereka akan dikatakan sebagai orang yang lemah,
takut, dan lain sebagainya. Maka mau tidak mau dengan adanya hal seperti itu
menjadikan masyarakat menggunakan tradisi itu dengan secara turun temurun.
Tindakan mengganggu istri adalah pelecehan harga diri
paling menyakitkan untuk laki- laki. Karena menuurut laki- laki Suku Madura
mereka menikah dengan penghulu dan disaksikan oleh banyak orang dan juga
memenuhi peraturan agama maka mereka
orang- orang laki- laki sangat menjaga istrinya karena menurut mereka istri
adalah “bhantalla pate” yang atinya landasan kematian.
Dalam Suku madura mengenal kata “ aghaja’ nyaba” yang
pengertiannya sama dengan tindakan mempertaruhkan atau mamainkan nyawa. Selain
melecehkan harga diri juga merusak tatanan sosial. Oleh karena itu, menurut
pandangan orang Madura mengganggu
kehormatan tidak bisa diampuni lagi dan harus dibunuh.
Tetapi ada 2 jalan alternatif, yang pertama membunuh
orang yang melecehkan istri akan dibunuh orang tersebut dan tidak bisa ditawar
lagi, jalan alternatif yang kedua yaitu membunuh keduannya karena mereka
terjalin percintaan. Maka tradisi didalam Suku Madura ini sangat keras dan
mengeluarkan pembunuhan darah yang sangat kejam dan keras.
2.4. Agama Dalam
Suku Madura.
Mayoritas orang Madura dikenal sebagai penganut Muslim
Suni yang taat. Orang Madura bisa menjadi siapa saja, karena yang menjadi tolak
ukur orang Madura adalah agama ( Islam ). Syarat menjadi orang Madura itu harus
orang Islam. Bukan hanya identik tetapi harus mutlak Islam. Banyak sekali
hampir semua masyarakat Suku Madura saling berlomba- lomba untuk melaksanakan
Ibadah Haji, bagaimanapun caranya mereka saling bersaing untuk melakasanakan
ibdah haji. Tetapi disamping itu orang- orang Madura melaksanakan hal seperti
itu karena ingin dipandang. Orang Madura akan mendapaatkan penghargaan dan akan
dipandang ketika mereka sudah melaksanakan Ibadah Haji. Dengan adanya hal
seperti itu, menjadikan untuk semena- mena bahwa dirinya tersebut terpadang.
Ada stratifikasi di lingkungan masyarakat agama /
pesantren yang dibagi menjadi 4 tingkatan dari tingkatan yang paling teratas,
yaitu :
1.
KEYAE
Seseorang yang dikenal sebagai pemuka agama ( ulama )
karena menguasai banyak ilmu Agama Islam. Keyae berfungsi sebagai pembina umat,
penerus atau pengajar para santri- santrinya.
2.
BINDRAH
Sama seperti halnya denga keyae. Ilmunya setara dengan
keyae dan adapulabindarah yang sudah banyak didatangi untuk NYABIS terutama di
Desa atau Dusun yang agak jauh dari seorang keyae.
3.
SANTRE
Orang- orang yang masih sedang menutut ilmu keagamaan
disebuah pondok pesantren.
4.
BANNE SANTRE
Seseorang yang tidak pernah mondok atau tidak pernah
melakukan ilmu keagamaan disebuah pondok pesantren.
Di masyarakat Suu Madura banyak sekali yang mendidik
anakknya untuk masuk ke pondok pesantren. Maka tidak heran jika banyak sekali
kita temui orang – orang Madura di pondok pesantren.
Tetapi tidak semua memiiki rasa untuk agar dipandang
tinggi, hanya beberapa persen saja. Karena menurut mereka yang menjadi kyai
akan lebih tinggi derajatnya dan akan lebih dihormati bahkan akan jadi panutan,
entah dari sisi mana saja.
Maka tidak heran ketika Aceh disebut sebagai kota serambi
Makkah, maka Madura disebut sebagai Serambi Madinah.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Makalah ini
penulis mengguakan metode yaitu :
1.
Metode Wawancara
Metode ini menggunakan metode
wawancara, penggunaan metode wawancara ini dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi dan gambaran mengenai perbedaan gender dalam masyarakat Suku Madura.
2.
Metode Literatur
Kegiatan pengamatan dan penelitian yang dilakukan penulis
melalui internet.
3.2 Objek
Penelitian
yang menjadi objek penelitian makalah ini adalah perbedaan gender dalam
masyarakat Suku Madura.
3.3 Desain / Prosedur penelitian
Desain /
prosedur penelitian yang dilakukan dalam makalah ini adalah :
1.
Menentukan tema /
topik
Perbedaan
gender dalam masyarakat Suku Madura.
2.
Mengumpulkan bahan
dengan cara :
-
Mencari data
melalui internet.
3.
Membuat kerangka makalah
Kerangka
makalah menggunakan sistematika penulisan yang baik.
4.
Mengembangkan
kerangka makalah.
Menggembangkan
atau menguraikan data dan informasi yang sudah diperoleh dari wawancara dan
media internet.
3.4 Teknik
Pengumpulan Data
Dalam makalah ini teknik pengumpulan data yang dignakan adalah data
sekunder penulis memperoleh dari beberapa sumber studi dari berbagai literatur
di internet dan wawancara.
3.5 Teknik
Analisi Data
Pada makalah ini proses analisa dan keakuratan data telah dilakukan mulai
dari proses studi literatur. setelah data diperoleh dan dikumpulkan maka data
tersebut kemudian dibuat karangan secara utuh dan menyeluruh / lengkap sesuai
dengan judul dan pembahasan makalah ini.
BAB IV
PENUTUP
1.1 Simpulan.
Kesimpulan
dari pembahsan yang sudah dijabarkan adalah bahwa masyarakat Madura
mayoritasnya dalam pendidikan itu tidak penting bahkan dipandang sebelah mata
karena mereka lebih melihat kedepannya dan adanya kebiasaan turun- temurun yang
tidak berpendidikan, rendahnya sumber daya alam juga memengaruhi mereka untuk
berprestasi.
Dalam
mata pencaharian masyarakat Madura yang paling banyak adalah sebagai nelayan
dan petani tetapi juga ada sebagian yang bekerja diluar dan juga di negeri
orang ini untuk laki- laki Madura sedangkan untuk Perempuan Madura biasanya
bekerja membuat karya seni batik atau ukir misalnya, mereka menyibukkan diri
untuk melakukan pekerjaan itu dan mereka melakukannya dirumah mereka, mereka tidak
membutuhkan waktu untuk keluar rumah. Perempuan- perempuan ini juga membantu
sedikit meringankan biaya untuk keperluan berumah tangga.
Untuk
adat istiadat masyarakat Madura kebanyakan adalah carok, carok akan dilakukan
untuk pembalas dendaman ataupun juga untuk hal- halyang merugikan orang lain
dan mereka tidak terima dengan perakuan tersebut dan akhirnya terjadi
pertukaran pertumpah darahan dan itupun berujung pada kematian.
Dalam
segi agama, masyarakat madura sangat taat dan juga mutlak harus beragama Islam.
Mereka juga bisa dipandang ketika mereka dapat melaksanakan ibadah haji
begitupula juga dengan keyae, mereka akan sangat dihormati dan sangat
terpandang.
1.2Saran.
Sebaiknya permpuan- perempuan Madura lebih melihat
kedepan arah tujuannya dan tidak mengesampingkan sekolah, bukan berarti mereka
pada akhirnya dirumah saja lalu tidak bersekolah. Begitu pula dengan laki- laki
Madura yang memandang sebelah mata juga bahwa pendidikan itu tidak penting
untuk kedepannya tetapi malah menghabiskan uang saja. Dilain sisi pendidikan
sangat bermanfaat kedepannya.
Mata pencaharian masyarakat suku Madura agak rendah tapi
disisilain semangat juang untuk bekerja keras sangatlah besar. Ini bisa
memotivasi untuk daerah- daerah lain agar bisa terinspirasi seperti kerja keras
mereka. Begitu pula dengan perempuan Madura yang ikut bekerja membuat seni rupa
yang sangat bagus dan tidak menghiangkan ciri khas dari Suku mereka.
Untuk adat istiadat dalam Suku Madura ini sangatlah keras
sekali, kalau ini sudah menjadi tradisi, sudah tidak bisa di ampuni lagi bagi
pelakunya, dan ini berhubungan dengan carok. Untuk agama sebaiknya masyarakat
Madura tidak melaksanakan ibadah haji agar mereka terpandang. Tetapi disisi
lain islam di Madura ini sangatlah kental dan taat beribadah hanya saja ada
beberapa yang ingin menyombongkan diri atau kata lain mereka agar dipandang
dengan cara berangkat haji.yang paling tersentuh adalah, entah kaya atau miskin
mereka akan berusaha mengumpulkan uang agar mereka dapat melaksanakan haji.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar