Rabu, 23 Maret 2016

ARTIKEL “ Pengaruh Televisi dan Perkembangan Anak”

ARTIKEL
Teknik Penulisan Ilmiah
“ Pengaruh Televisi dan Perkembangan Anak”

Description: logo_unair3









Nama : Eva Sahla Rizqiyah
NIM : 071311533017
      

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013


Pengaruh Televisi dan Perkembangan Anak
Televisi hampir 90% sudah menjangkau di negara berkembang saat ini, berbeda halnya dengan jaman dulu yang hanya kalangan tertentu saja yang dapat memiliki atau mempunyai televisi dan hanya usia tertentu yang dapat menontonnya. Tetapi sekarang televisi tidak langka seperti dulu bahkan usia berapa pun dapat melihat televisi sepuas mereka tanpa melihat sisi negatifnya meskipun ada sisi positifnya juga yang ada didalam televisi tersebut.
Pada saat ini televisi sudah menjelma dimana-mana, dari orang tua hingga anak-anak sudah mengenal apa itu televisi dan apa saja yang di tayangkan di layar televisi tersebut. Mulai dari tontonan anak-anak, remaja, hingga orang tua. Dan mereka juga harus dapat memilih mana yang boleh dan layak ditonton sesuai dengan usia mereka.
Kita perlu menyadari bahwa tayangan di televisi, sebagaimana dikatakan Edward Markey, adalah seperti gambar roti, dimana anak-anak akan tetap terdorong untuk menyukainya, meskipun tidak tahu apakah itu bergizi atau tidak. Sebagaimana pengetahuan bergizi atau tidaknya roti memerlukan penjelasan orang tua, demikian juga pengetahuan tentang bermanfaat tidaknya sebuah acara televisi memerlukan penjelasn dari orang tua. Markey ( dalam Hidayati, 1998 : 3 )
Dalam buku Keith W. Mielke yang berjudul “ Televisi dan Perkembangan Sosial Anak” yang dikutip oleh Arini Hidayati mengatakan bahwa “ Masalah paling mendasar bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi, melainkan program-program yang ia tonton dan bagaimana para orang tua serta guru memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin membantu kegiatan mereka”. Mielke ( dalam Hidayati, 1998 : 74 ). Dari kutipan tersebut memang harus diwaspadai oleh orang tua dan juga guru, bukan karena berapa lamanya mereka menonton televisi melainkan apa yang mereka tonton di layar televisi tersebut.
Banyak sekali anak-anak yang kurang perhatian dari orang tuanya dan menjadikan televisi sebagai penghibur ketika mereka sendirian atau anak-anak ini menghabiskan waktu hanya untuk menonton televisi dirumah setelah pulang sekolah dan terlalu banyak menghabiskan untuk menonton dan mereka lupa akan belajar. Kebanyakan anak-anak ini menonton siaran televisi yang sebenarnya tidak harus ditonton oleh mereka karena usianya, tetapi di jaman seperti ini yang kurangnya pengawasan dari orang tuanya dan orang tua mereka menganggap bahwa televisi akan membuat anak-anaknya tidak bermain keluar rumah atau agar mereka tidak kesepian dirumah karena ditinggal orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaan mereka, adanya kebiasaan mereka sehari-hari yang meluangkan banyak waktu untuk menonton televisi dan lupa akan belajar mereka.
Apa yang diberikan televisi dalam perkembangan anak ? seperti yang ada didalam buku ‘ Televisi dan Perkembangan Sosial Anak’ karangan dari Arini Hidayati menyebutkan beberapa pengaruh dari televisi. Pertama, siaran televisi  bisa menumbuhkan keinginan untuk memperoleh pengetahuan. Kedua, pengaruh pada cara berbicara. Ketiga, pengaruh penambahan kosakata. Keempat, televisi berpengaruh pada bentuk permainan. Dan yang kelima, televisi memberikan berbagai pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dari lingkungan sekitar atau  orang lain. ( Hidayati : 1998 ).
Didalam televisi memang banyak acara-acara televisi yang bermanfaat begitupun juga sebaliknya yang tidak bermanfaat, dari sekian banyak siaran televisi yang ditayangkan anak-anak akan tidak bisa memilih mana yang layak ditonton oleh mereka. Contoh acara ftv, sinetron, berita, perdebatan, gosip, kartun, dll. Anak-anak maka akan lebih banyak dan memilih acara yang menghibur mereka misalnya ftv atau sinetron dan acara tersebut dianggap seru oleh mereka. Anak-anak ketika melihat berita mereka akan lebih banyak berpikir kalau berita adalah tontonan untuk orang-orang dewasa. Meskipun kartun adalah tontonan untuk anak-anak tetapi banyak juga kartun yang sering menampilkan adegan yang kurang baik. Maka dari itu sebagai orang tua seharusnya selalu mendampingi si anak.
“ Anak yang penyesuaiannya baik, kurang kemungkinannya terpengaruh secara negatif, apakah temporer ataukah permanen dibandingkan dengan anak yang buruk penyesuaiannya. Demikian juga, anak yang sehat ketimbang anak yang tidak sehat” ( Hidayati, 1998 : 87 ).
Orang tua yang menginginkan anaknya agar selalu dirumah untuk menonton televisi saja itu pendapat yang tidak baik untuk anak-anak karena adanya hal seperti itu televisi dapat membuat kecanduan bagi penontonnya, dapat mengurangi minat baca dan minat belajar untuk anak-anak dan juga perkembangan sosialnya di masyarakat akan tidak baik karena kurangnya interaksi terhadap sesama dan menjadikan manusia yang individualis.
Orang tua yang seperti ini salah, bukan pemecahan masalah yang baik dan benar untuk anak ketika si anak tersebut kesepian dirumah karena orang tuanya bahkan hal lainnya, atau membiarkan anak-anak tersebut meluangkan banyak waktunya untuk menonton televisi tanpa melihat sisi negatif televisi yang dapat berpengaruh besar terhadap anak-anak. Memang hal seperti ini bukan masalah besar untuk orang tua karena mereka sudah bisa memilih, memilah, memahami apa yang ditayangkan, mengambil manfaat, dan membuang sisi-sisi negatif yang ditayangkan tersebut, tetapi bagaimana dengan anak-anak ? bagaimana dengan kepolosan mereka ? belum tentu mereka dapat menginterpretasikan apa yang ditayangkan di layar televisi tersebut dengan benar.
Anak-anak yang seharusnya tidak menonton tayangan remaja atau orang dewasa tetapi karena adanya acara-acara tersebut yang banyak ditayangkan di stasiun-stasiun televisi sekarang seperti halnya percintaan yang ada di ftv atau sinetron yang menggambarkan seorang laki-laki dengan perempuan yang menjalin suatu hubungan atau disebut juga dengan pacaran atau juga sepasang kekasih, mereka akan berpikir dunia nyatanya ingin seperti yang ada di layar televisi tersebut dan akan berpengaruh untuk berpacaran dan mengikuti apa saja yang ditayangkan dilayar televisi tersebut. Misalnya dalam acara ftv tersebut menayangkan kisah seorang sepasang kekasih yang kemudian si perempuan tersebut sakit kemudian laki-laki tersebut menjenguk pacarnya yang sedang sakit dirumah atau rumah sakit dan si laki-laki tersebut ketika tiba membawakan makanan dan mencium kening si perempuan itu atau sepasang kekasih yang sedang berpelukan, merangkul, dsb. Dalam cerita ftv ini ada sisi positif dan negatifnya juga, sisi positifnya ketika seseorang sedang yang sakit kita jenguk dan kita bawakan makanan tetapi hal lainnya yang negatif adalah ketika sepasang kekasih tersebut bertemu dan laki-laki tersebut menjenguk sambil mencium kening si perempuan itu adalah hal yang sangat negatif karena mereka hanya sepasang kekasih bukan muhrim, justru mereka akan melihat hal seperti itu adalah hal yang biasa dan wajar untuk dilihat dan ditiru padahal hal itu sangat tidak baik untuk dilihat dan ditiru oleh anak-anak karena hal seperti itu sangat berpengaruh untuk si anak tersebut. Ada juga contoh lain misalnya terjadinya pertengkaran, kekerasan, melawan orang tua, dsb.
Di kehidupan mereka akan disambungkan dengan cerita-cerita yang mereka tonton di layar televisinyanya, mereka justru akan melihat hal-hal seperti itu spele dan dianggap biasa saja padahal itu menunjukkan moral dan etika yang tidak baik. Tetapi orang tua sekarang tidak melihat dari hal itu, mereka tidak bisa memikiran apa yang dipikirkan dan dilihaat oleh si anak yang masih melum mampu menginterpretasikan, memahami apa yang ditayangkan, memilih, memilah, mengambil manfaat, dan membuang sisi-sisi negatif dari film tersebut . Orang tua justru akan melihat dari sisi apakah anaknya tersebut terhibur , tidak kesepian, dsb.
Pengawasan orang tua yang seperti ini membuat anak-anak jaman sekarang tidak peduli atau cuek dengan etika dan moral yang ada. Sedangkan anak dalam perkembangan yang membutuhkan idola dari si pemain-pemain ftv atau sinetron tersebut menjadikan anak mengikuti dan meniru gaya atau perilaku yang ditunjukkan atau dilakukan oleh si idola tersebut tanpa memperhatikan sisi baik dan buruknya didalam sifat atau perilaku si idola tersebut. Padahal didalam cerita yang ditayangkan didalam layar televisi tersebut menggambarkan etika dan moral yang tidak baik ketika adegan tersebut vulgar untuk ditonton oleh anak-anak.
Adanya pemain-pemain tersebut yang mengenakan baju minim akan ditiru juga dengan anak-anak yang mengidolakan artis tersebut, dan menjadikan anak-anak tersebut ingin meniru style yang digunakan oleh idola mereka dan itu juga bisa membuat mereka akan boros uang dan memakai baju dengan trend trend baru yang bisa melupakan pakaian-pakaian yang mereka pakai sebelum-sebelumnya dan itu akan membuang banyak uang untuk mereka yang diusia dini ini. Dan dengan adanya film yang menggambarkan seorang anak yang kutu buku maka mereka akan lebih banyak melihat teman-temannya ketika melihat anak yang selalu rajin akan di katakan seperti apa yang mereka lihat misalnya kutu buku. Dan dengan adanya seperti ini bisa menjadikan anak gengsi untuk belajar karena ketika mereka rajin mereka akan dipanggil dengan teman-temannya kutu buku. Adanya istilah dan panggilan-panggilan seperti itu membuat mereka tidak rajin dan lama kelamaan mereka akan malas untuk belajar karena pangilan seperti itu.
Bukan hanya acara ftv atau sinetron saja yang bisa mempengaruhi pemikiran anak tetapi kartun juga banyak yang menampilkan tayangan yang negatif kepada si anak. Seperti halnya acara kartun yang juga memiliki sisi sisi negatif seperti halnya juga dengan sinetron atau ftv. Contoh saja film sailor moon yang ditayangkan berisi kisah-kisah romantisme, acara dragon ball yang bisa membuat si anak menjadi agresif, dan juga film crayon shincan. Dalam film crayon shincan, shincan ini juga merupakan tokoh anak kecil yang tidak baik dan kurang baik, kurang baiknya ini juga sering mengarah ke masalah seks. Didalam cerita shincan ini banyak yang menampilkan kurang baik dan vulgar, yang suka mengintip rok mamanya dan sering bermimpi perempuan- perempuan cantik dengan mengenakan baju yang minim atau memakai bikini di pantai. Dan dengan adanya tayangan seperti itu juga bisa membuat pemikiran anak menjadi dewasa sebelum waktunya dan itu sangat tidak layak untuk ditonton oleh anak-anak karena ke vulgarannya.
Meskipun tontonan tersebut juga untuk anak-anak tetapi didalamnya mengandung unsur- unsur yang dewasa dan tidak layak untuk ditonton, maka dari itu sebagai orang tua harus selalu mengontrol dan mengawasi apa yang anak-anak liat didepan layar televisinya tersebut agar tidak terjebak dengan pergaulan yang tidak baik.
Pengaruh-pengaruh yang ditayangkan di televisi jaman sekarang sangat membuat generasi-generasi muda jaman sekarang bermoral dan beretika yang sangat rendah. Dari kecil akibat kurang pengawasannya dari orang tua mereka yang seperti ini menimbulkan banyak dampak yang sangat negatif terhadap diri mereka dan bisa menjadikan kebiasaan ketika terus-menerus mereka lakukan setiap harinya. Moral-moral yang tidak baik yang ada didalam pertelevisian ini mempengaruhi pemikiran si anak kedepannya.
Pemikiran anak- anak setelah menonton program- program televisi yang ditayangkan, setelah mereka melihat film tersebut mereka cenderung akan menirukannya apa yang ada didalam televisi tersebut tanpa melihat sisi buruknya dengan apa yang mereka lakukan karena kurangnya pengawasan dari orang tua mereka sendiri.
Dalam buku karangan Arini Hidayati ini mengatakan bahaya dalam perkembangan sosial anak adalah  bisa dilihat dari adanya “ keterlantaran sosial,” dimana anak tidak mempunyai hubungan dengan orang lain ataupun kehilangan kesempatan untuk berhubungan dengan anak seusianya. Hal ini bisa dijumpai pada keluarga- keluaga yang mengutamakan karier, yang sebagian besar waktunya dihabiskan diluar rumah, yang menyerahkan semua urusan rumah pada pembantu dan anak- anak sendiri, ataupun bisa disebabkan karena anak terbebani dengan tugas- tugas yang selalu berat ( baik tugas sekolah maupun tugas rumah ).( Hidayati, 1998 : 47 )
Sudah tugas orang tua bahwa mereka harus bisa mendidik anaknya dengan baik, dan mendampingi selalu si anak dan memberikan penjelasan kepada apa yang mereka belum mengerti dan menjelaskan kenapa bisa terjadinya adegan seperti itu misalnya kenapa bisa terjadi pertengkaran, dan selalu memberi arahan kepada anak agar tidak meniru dan melakukan apa yang mereka lihat didalam dunia pertelevisian tersebut. Karena didalam dunia tersebut hanya sandiwara dan tidak boleh meniru dalam dunia nyatanya ini agar tidak rusak moral dan etika yang kita miliki.
Milton Chen dalam hal ini sangat mementingkan keberadaan orang tua sebagai pembimbing utama anak. Beberapa saran yang ia kemukakan antara lain,  bahwa kita perlu memperhatikan anak- anak menonton dan belajar dari teve, menyeleksi program- program, menghidupkan hanya pada acara- acara tertentu, melakukan diet TV, mengajari anak untuk mengkritisi dari acara sampai iklan, dan tentunya orang tua pun harus tahu banyak mengenai acara apa saja yang berkaitan dengan anak . Chen ( dalam Hidayati, 1998 : 90 ).
Orang tua sebaiknya membuat perjanjian dengan anak , ketika mereka mendapat juara kelas atau mendapatkan nilai sesuai dengan target, dan lain sebagainya yang bisa membuat anak bisa semangat belajar dan termotivasi. Dengan adanya kado- kado kecil yang diberikan kepada mereka saat si anak mendapat juara kelas atau nilainya yang bagus akan bisa membuat si anak lebih fokus kepada belajar mereka.
Menurut hasil penelitian Arini Hidayati menunjukkan bahwa, bagi anak, nonton teve adalah sebah hiburan. Mereka menggunakannnya sebagai sarana pelepas lelah setelah belajar atu mengisi waktu- waktu luang. Mungkin kita akan mengatakan bahwa kecendrungan ini bukan saja pada anak- anak, tapi juga pada orang dewasa. Fungsi utama televisi adalah sebagai media hiburan. ( Hidayati : 103 ).
“ TELEVISI memainkan peranan begitu besar  dalam pertumbuhan anak- anak kita, dan orang tua lah yang pertama dan terutama yang membentuk nilai- nilai anak. Orang tua perlu berpikir keras mengenai pengaruh televisi pada anak- anak dan cucu- cucu kita dimasa mendatang ( Fred Rogres). Rogres ( dalam Hidayati, 1998 : 120 ).
Sebaiknya orang tua sadar akan pengaruh yang timbul kepada si anak ketika mereka menonton acara- acara yang kurang baik. Dan selalu mengawasi mereka ketika mereka melihat televisi yang di tayangkan dan selalu memberi arahan atau pengarahan mengenai program yang dditayangkan tersebut agar tidak menjadikan anak meniru hal- hal yang negatif dari acara tersebut dan mengambil sisi positifnya.
Daftar Pustaka

Hidayati, Arini. Televisi dan Perkembangan Sosial Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar