ARTIKEL
Teknik Penulisan
Ilmiah
“ Pengaruh
Televisi dan Perkembangan Anak”

Nama : Eva Sahla Rizqiyah
NIM : 071311533017
JURUSAN
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013
Pengaruh Televisi dan Perkembangan Anak
Televisi
hampir 90% sudah menjangkau di negara berkembang saat ini, berbeda halnya
dengan jaman dulu yang hanya kalangan tertentu saja yang dapat memiliki atau
mempunyai televisi dan hanya usia tertentu yang dapat menontonnya. Tetapi
sekarang televisi tidak langka seperti dulu bahkan usia berapa pun dapat
melihat televisi sepuas mereka tanpa melihat sisi negatifnya meskipun ada sisi
positifnya juga yang ada didalam televisi tersebut.
Pada
saat ini televisi sudah menjelma dimana-mana, dari orang tua hingga anak-anak
sudah mengenal apa itu televisi dan apa saja yang di tayangkan di layar televisi
tersebut. Mulai dari tontonan anak-anak, remaja, hingga orang tua. Dan mereka
juga harus dapat memilih mana yang boleh dan layak ditonton sesuai dengan usia
mereka.
Kita
perlu menyadari bahwa tayangan di televisi, sebagaimana dikatakan Edward
Markey, adalah seperti gambar roti, dimana anak-anak akan tetap terdorong untuk
menyukainya, meskipun tidak tahu apakah itu bergizi atau tidak. Sebagaimana
pengetahuan bergizi atau tidaknya roti memerlukan penjelasan orang tua,
demikian juga pengetahuan tentang bermanfaat tidaknya sebuah acara televisi
memerlukan penjelasn dari orang tua. Markey ( dalam Hidayati, 1998 : 3 )
Dalam
buku Keith W. Mielke yang berjudul “ Televisi dan Perkembangan Sosial Anak”
yang dikutip oleh Arini Hidayati mengatakan bahwa “ Masalah paling mendasar
bukanlah jumlah jam yang dilewatkan si anak untuk menonton televisi, melainkan
program-program yang ia tonton dan bagaimana para orang tua serta guru
memanfaatkan program-program ini untuk sedapat mungkin membantu kegiatan mereka”.
Mielke ( dalam Hidayati, 1998 : 74 ). Dari kutipan tersebut memang harus
diwaspadai oleh orang tua dan juga guru, bukan karena berapa lamanya mereka
menonton televisi melainkan apa yang mereka tonton di layar televisi tersebut.
Banyak
sekali anak-anak yang kurang perhatian dari orang tuanya dan menjadikan
televisi sebagai penghibur ketika mereka sendirian atau anak-anak ini
menghabiskan waktu hanya untuk menonton televisi dirumah setelah pulang sekolah
dan terlalu banyak menghabiskan untuk menonton dan mereka lupa akan belajar. Kebanyakan
anak-anak ini menonton siaran televisi yang sebenarnya tidak harus ditonton
oleh mereka karena usianya, tetapi di jaman seperti ini yang kurangnya
pengawasan dari orang tuanya dan orang tua mereka menganggap bahwa televisi
akan membuat anak-anaknya tidak bermain keluar rumah atau agar mereka tidak kesepian
dirumah karena ditinggal orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaan mereka, adanya
kebiasaan mereka sehari-hari yang meluangkan banyak waktu untuk menonton
televisi dan lupa akan belajar mereka.
Apa
yang diberikan televisi dalam perkembangan anak ? seperti yang ada didalam buku
‘ Televisi dan Perkembangan Sosial Anak’ karangan dari Arini Hidayati
menyebutkan beberapa pengaruh dari televisi. Pertama, siaran televisi bisa menumbuhkan keinginan untuk memperoleh
pengetahuan. Kedua, pengaruh pada cara berbicara. Ketiga, pengaruh penambahan
kosakata. Keempat, televisi berpengaruh pada bentuk permainan. Dan yang kelima,
televisi memberikan berbagai pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dari
lingkungan sekitar atau orang lain. (
Hidayati : 1998 ).
Didalam
televisi memang banyak acara-acara televisi yang bermanfaat begitupun juga sebaliknya
yang tidak bermanfaat, dari sekian banyak siaran televisi yang ditayangkan
anak-anak akan tidak bisa memilih mana yang layak ditonton oleh mereka. Contoh
acara ftv, sinetron, berita, perdebatan, gosip, kartun, dll. Anak-anak maka
akan lebih banyak dan memilih acara yang menghibur mereka misalnya ftv atau
sinetron dan acara tersebut dianggap seru oleh mereka. Anak-anak ketika melihat
berita mereka akan lebih banyak berpikir kalau berita adalah tontonan untuk orang-orang
dewasa. Meskipun kartun adalah tontonan untuk anak-anak tetapi banyak juga
kartun yang sering menampilkan adegan yang kurang baik. Maka dari itu sebagai
orang tua seharusnya selalu mendampingi si anak.
“ Anak yang
penyesuaiannya baik, kurang kemungkinannya terpengaruh secara negatif, apakah
temporer ataukah permanen dibandingkan dengan anak yang buruk penyesuaiannya. Demikian
juga, anak yang sehat ketimbang anak yang tidak sehat” ( Hidayati, 1998 : 87 ).
Orang
tua yang menginginkan anaknya agar selalu dirumah untuk menonton televisi saja
itu pendapat yang tidak baik untuk anak-anak karena adanya hal seperti itu
televisi dapat membuat kecanduan bagi penontonnya, dapat mengurangi minat baca dan
minat belajar untuk anak-anak dan juga perkembangan sosialnya di masyarakat
akan tidak baik karena kurangnya interaksi terhadap sesama dan menjadikan
manusia yang individualis.
Orang
tua yang seperti ini salah, bukan pemecahan masalah yang baik dan benar untuk
anak ketika si anak tersebut kesepian dirumah karena orang tuanya bahkan hal
lainnya, atau membiarkan anak-anak tersebut meluangkan banyak waktunya untuk
menonton televisi tanpa melihat sisi negatif televisi yang dapat berpengaruh
besar terhadap anak-anak. Memang hal seperti ini bukan masalah besar untuk
orang tua karena mereka sudah bisa memilih, memilah, memahami apa yang
ditayangkan, mengambil manfaat, dan membuang sisi-sisi negatif yang ditayangkan
tersebut, tetapi bagaimana dengan anak-anak ? bagaimana dengan kepolosan mereka
? belum tentu mereka dapat menginterpretasikan apa yang ditayangkan di layar
televisi tersebut dengan benar.
Anak-anak
yang seharusnya tidak menonton tayangan remaja atau orang dewasa tetapi karena
adanya acara-acara tersebut yang banyak ditayangkan di stasiun-stasiun televisi
sekarang seperti halnya percintaan yang ada di ftv atau sinetron yang
menggambarkan seorang laki-laki dengan perempuan yang menjalin suatu hubungan
atau disebut juga dengan pacaran atau juga sepasang kekasih, mereka akan
berpikir dunia nyatanya ingin seperti yang ada di layar televisi tersebut dan
akan berpengaruh untuk berpacaran dan mengikuti apa saja yang ditayangkan
dilayar televisi tersebut. Misalnya dalam acara ftv tersebut menayangkan kisah
seorang sepasang kekasih yang kemudian si perempuan tersebut sakit kemudian
laki-laki tersebut menjenguk pacarnya yang sedang sakit dirumah atau rumah
sakit dan si laki-laki tersebut ketika tiba membawakan makanan dan mencium
kening si perempuan itu atau sepasang kekasih yang sedang berpelukan,
merangkul, dsb. Dalam cerita ftv ini ada sisi positif dan negatifnya juga, sisi
positifnya ketika seseorang sedang yang sakit kita jenguk dan kita bawakan
makanan tetapi hal lainnya yang negatif adalah ketika sepasang kekasih tersebut
bertemu dan laki-laki tersebut menjenguk sambil mencium kening si perempuan itu
adalah hal yang sangat negatif karena mereka hanya sepasang kekasih bukan
muhrim, justru mereka akan melihat hal seperti itu adalah hal yang biasa dan
wajar untuk dilihat dan ditiru padahal hal itu sangat tidak baik untuk dilihat
dan ditiru oleh anak-anak karena hal seperti itu sangat berpengaruh untuk si
anak tersebut. Ada juga contoh lain misalnya terjadinya pertengkaran,
kekerasan, melawan orang tua, dsb.
Di
kehidupan mereka akan disambungkan dengan cerita-cerita yang mereka tonton di
layar televisinyanya, mereka justru akan melihat hal-hal seperti itu spele dan
dianggap biasa saja padahal itu menunjukkan moral dan etika yang tidak baik. Tetapi
orang tua sekarang tidak melihat dari hal itu, mereka tidak bisa memikiran apa
yang dipikirkan dan dilihaat oleh si anak yang masih melum mampu
menginterpretasikan, memahami apa yang ditayangkan, memilih, memilah, mengambil
manfaat, dan membuang sisi-sisi negatif dari film tersebut . Orang tua justru
akan melihat dari sisi apakah anaknya tersebut terhibur , tidak kesepian, dsb.
Pengawasan
orang tua yang seperti ini membuat anak-anak jaman sekarang tidak peduli atau
cuek dengan etika dan moral yang ada. Sedangkan anak dalam perkembangan yang
membutuhkan idola dari si pemain-pemain ftv atau sinetron tersebut menjadikan
anak mengikuti dan meniru gaya atau perilaku yang ditunjukkan atau dilakukan
oleh si idola tersebut tanpa memperhatikan sisi baik dan buruknya didalam sifat
atau perilaku si idola tersebut. Padahal didalam cerita yang ditayangkan
didalam layar televisi tersebut menggambarkan etika dan moral yang tidak baik
ketika adegan tersebut vulgar untuk ditonton oleh anak-anak.
Adanya
pemain-pemain tersebut yang mengenakan baju minim akan ditiru juga dengan
anak-anak yang mengidolakan artis tersebut, dan menjadikan anak-anak tersebut
ingin meniru style yang digunakan oleh idola mereka dan itu juga bisa membuat
mereka akan boros uang dan memakai baju dengan trend trend baru yang bisa
melupakan pakaian-pakaian yang mereka pakai sebelum-sebelumnya dan itu akan
membuang banyak uang untuk mereka yang diusia dini ini. Dan dengan adanya film
yang menggambarkan seorang anak yang kutu buku maka mereka akan lebih banyak
melihat teman-temannya ketika melihat anak yang selalu rajin akan di katakan
seperti apa yang mereka lihat misalnya kutu buku. Dan dengan adanya seperti ini
bisa menjadikan anak gengsi untuk belajar karena ketika mereka rajin mereka
akan dipanggil dengan teman-temannya kutu buku. Adanya istilah dan
panggilan-panggilan seperti itu membuat mereka tidak rajin dan lama kelamaan
mereka akan malas untuk belajar karena pangilan seperti itu.
Bukan
hanya acara ftv atau sinetron saja yang bisa mempengaruhi pemikiran anak tetapi
kartun juga banyak yang menampilkan tayangan yang negatif kepada si anak. Seperti
halnya acara kartun yang juga memiliki sisi sisi negatif seperti halnya juga
dengan sinetron atau ftv. Contoh saja film sailor moon yang ditayangkan berisi
kisah-kisah romantisme, acara dragon ball yang bisa membuat si anak menjadi
agresif, dan juga film crayon shincan. Dalam film crayon shincan, shincan ini
juga merupakan tokoh anak kecil yang tidak baik dan kurang baik, kurang baiknya
ini juga sering mengarah ke masalah seks. Didalam cerita shincan ini banyak
yang menampilkan kurang baik dan vulgar, yang suka mengintip rok mamanya dan
sering bermimpi perempuan- perempuan cantik dengan mengenakan baju yang minim
atau memakai bikini di pantai. Dan dengan adanya tayangan seperti itu juga bisa
membuat pemikiran anak menjadi dewasa sebelum waktunya dan itu sangat tidak
layak untuk ditonton oleh anak-anak karena ke vulgarannya.
Meskipun
tontonan tersebut juga untuk anak-anak tetapi didalamnya mengandung unsur-
unsur yang dewasa dan tidak layak untuk ditonton, maka dari itu sebagai orang
tua harus selalu mengontrol dan mengawasi apa yang anak-anak liat didepan layar
televisinya tersebut agar tidak terjebak dengan pergaulan yang tidak baik.
Pengaruh-pengaruh
yang ditayangkan di televisi jaman sekarang sangat membuat generasi-generasi
muda jaman sekarang bermoral dan beretika yang sangat rendah. Dari kecil akibat
kurang pengawasannya dari orang tua mereka yang seperti ini menimbulkan banyak
dampak yang sangat negatif terhadap diri mereka dan bisa menjadikan kebiasaan
ketika terus-menerus mereka lakukan setiap harinya. Moral-moral yang tidak baik
yang ada didalam pertelevisian ini mempengaruhi pemikiran si anak kedepannya.
Pemikiran
anak- anak setelah menonton program- program televisi yang ditayangkan, setelah
mereka melihat film tersebut mereka cenderung akan menirukannya apa yang ada
didalam televisi tersebut tanpa melihat sisi buruknya dengan apa yang mereka
lakukan karena kurangnya pengawasan dari orang tua mereka sendiri.
Dalam
buku karangan Arini Hidayati ini mengatakan bahaya dalam perkembangan sosial
anak adalah bisa dilihat dari adanya “
keterlantaran sosial,” dimana anak tidak mempunyai hubungan dengan orang lain
ataupun kehilangan kesempatan untuk berhubungan dengan anak seusianya. Hal ini
bisa dijumpai pada keluarga- keluaga yang mengutamakan karier, yang sebagian
besar waktunya dihabiskan diluar rumah, yang menyerahkan semua urusan rumah
pada pembantu dan anak- anak sendiri, ataupun bisa disebabkan karena anak
terbebani dengan tugas- tugas yang selalu berat ( baik tugas sekolah maupun
tugas rumah ).( Hidayati, 1998 : 47 )
Sudah tugas orang
tua bahwa mereka harus bisa mendidik anaknya dengan baik, dan mendampingi
selalu si anak dan memberikan penjelasan kepada apa yang mereka belum mengerti
dan menjelaskan kenapa bisa terjadinya adegan seperti itu misalnya kenapa bisa
terjadi pertengkaran, dan selalu memberi arahan kepada anak agar tidak meniru
dan melakukan apa yang mereka lihat didalam dunia pertelevisian tersebut. Karena
didalam dunia tersebut hanya sandiwara dan tidak boleh meniru dalam dunia
nyatanya ini agar tidak rusak moral dan etika yang kita miliki.
Milton
Chen dalam hal ini sangat mementingkan keberadaan orang tua sebagai pembimbing
utama anak. Beberapa saran yang ia kemukakan antara lain, bahwa kita perlu memperhatikan anak- anak
menonton dan belajar dari teve, menyeleksi program- program, menghidupkan hanya
pada acara- acara tertentu, melakukan diet TV, mengajari anak untuk mengkritisi
dari acara sampai iklan, dan tentunya orang tua pun harus tahu banyak mengenai
acara apa saja yang berkaitan dengan anak . Chen ( dalam Hidayati, 1998 : 90 ).
Orang
tua sebaiknya membuat perjanjian dengan anak , ketika mereka mendapat juara
kelas atau mendapatkan nilai sesuai dengan target, dan lain sebagainya yang
bisa membuat anak bisa semangat belajar dan termotivasi. Dengan adanya kado-
kado kecil yang diberikan kepada mereka saat si anak mendapat juara kelas atau
nilainya yang bagus akan bisa membuat si anak lebih fokus kepada belajar
mereka.
Menurut
hasil penelitian Arini Hidayati menunjukkan bahwa, bagi anak, nonton teve
adalah sebah hiburan. Mereka menggunakannnya sebagai sarana pelepas lelah
setelah belajar atu mengisi waktu- waktu luang. Mungkin kita akan mengatakan
bahwa kecendrungan ini bukan saja pada anak- anak, tapi juga pada orang dewasa.
Fungsi utama televisi adalah sebagai media hiburan. ( Hidayati : 103 ).
“ TELEVISI
memainkan peranan begitu besar dalam
pertumbuhan anak- anak kita, dan orang tua lah yang pertama dan terutama yang
membentuk nilai- nilai anak. Orang tua perlu berpikir keras mengenai pengaruh
televisi pada anak- anak dan cucu- cucu kita dimasa mendatang ( Fred Rogres).
Rogres ( dalam Hidayati, 1998 : 120 ).
Sebaiknya
orang tua sadar akan pengaruh yang timbul kepada si anak ketika mereka menonton
acara- acara yang kurang baik. Dan selalu mengawasi mereka ketika mereka
melihat televisi yang di tayangkan dan selalu memberi arahan atau pengarahan
mengenai program yang dditayangkan tersebut agar tidak menjadikan anak meniru
hal- hal yang negatif dari acara tersebut dan mengambil sisi positifnya.
Daftar Pustaka
(http://patriciasimatupang.wordpress.com/2012/11/05/pengaruh-televisi-terhadap-perkembangan-anak/ , diakses pada tgl 13 – 01 – 14 )
Hidayati, Arini. Televisi dan Perkembangan
Sosial Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1998
Tidak ada komentar:
Posting Komentar