Nama : Eva
Sahla Rizqiyah
No. Absen : 10
Kelas :XI –
Bahasa
Hikayat Si Miskin
Karena kutukan Batara Indra, raja keindraan beserta
istrinya jatuh miskin, melarat, dan terlunta-lunta di Kerajaan Antah Berantah
yang diperintah oleh Maharaja Indra Dewa. Setiap hari si Miskin mencari
sisi-sisa makanan yang sudah dibuang orang di tempat-tempat sampah. Apabila
penduduk melihatnya, mereka beramai-ramai menghina, memukul, dan mengusir si
Miskin suami-istri itu, sehingga badannya luka-luka. Sedih hati si Miskin
sepanjang hari dan tidak berani masuk kampung karena takut dipukul atau
dilempari batu. Diambilnya daun-daun muda untuk dimakan dan untuk pengobat luka
di tubuhnya. Demikianlah pengalaman dan penderitaan mereka sepanjang hari.
Ketika mengandung 3 bulan, istrinya mengidamkan buah
mempelam (sejenis mangga) yang tumbuh di halaman istana raja. Dimintanya agar
suaminya (si Miskin) meminta buah mempelam itu kepada raja. Mendekat kampung
saja suaminya tidak berani, apalagi hendak menghadap raja minta buah mempelam
itu. Dengan sedih dan meratap istrinya memohon supaya suaminya mau meminta
mempelam raja itu. Karena kasihan kepada istrinya si Miskin mencoba meminta
mempelam itu.
Tiada disangka-sangka, raja sangat bermurah hati dan
memberikan mempelam yang diminta si Miskin. Buah lain seperti nangka pun diberi
raja. Penduduk kampung yang melihatnya jatuh kasihan dan bermurah hati memberi
si Miskin kue dan juadah (kue basah). Mungkin berkat tuah anak.yang dikandung
istrinya juga hal yang demikian itu terjadi.
Pada hari baik, setelah cukup bulannya, istri si Miskin
melahirkan seorang putra yang sangat elok parasnya. Anak itu diberi nama Marakermah yang artinya anak dalam penderitaan.
Ketika si Miskin menggali tanah
untuk memancangkan tiang atap tempat berteduh, tergali olehnya taju (topi
mahkota) yang penuh berhias emas. Dengan kehendak Yang Mahakuasa, terjadilah
sebuah kerajaan lengkap dengan alat, pegawai, pengawal, dan sebagainya di
tempat itu. Si Miskin menjadi rajanya dengan nama Maharaja Indra Angkasa dan
istrinya menjadi permaisuri dengan nama Ratna Dewi. Kerajaan itu mereka namakan
Puspa Sari.
Kerajaan Puspa Sari terkenal ke
mana-mana. Pemerintahannya baik, rakyatnya aman, damai, makmur, dan sentosa.
Tiada lama kemudian lahirlah pula adik Marakermah yang diberi nama Nila Kesuma.
Bertambah mashurlah kerajaan Puspa Sari dan bertambah pula iri hati Maharaja
Entah Berantah.
Kemudian tersiar kabar, bahwa
Maharaja Indra Angkasa mencari ahli nujum untuk mengetahui peruntungan kedua
anaknya kelak. Kesempatan ini dipergunakan Maharaja Indra Dewa. Semua ahli
nujum dikumpulkannya dan dihasutnya supaya mengatakan kepada Indra Angkasa
bahwa Marakermah dan Nila Kesuma akan mendatangkan mala petaka dan akan
menghancurkan kerajaan Puspa Sari. Semua ahli nujum mengatakan seperti yang
dihasutkan oleh Maharaja Indra Dewa.
Mendengar kata-kata ahli nujum itu
sangatlah murka Maharaja Indra Angkasa. Marakermah dan adiknya hendak
dibunuhnya. Permaisuri Ratna Dewi menangis tersedu-sedu, memelas dan memohon
kepada suaminya supaya kedua putranya jangan dibunuh. Ia tak tahan hati melihat
kedua anaknya diperlakukan demikian. Dimohonnya kepada suaminya supaya
dibiarkan saja kemana perginya mereka. Sambil disepak dan diterjang, pergilah
kedua anak itu mengembara tanpa tujuan. Sesaat setelah mereka pergi, kerajaan
Puspa Sari terbakar habis, semuanya musnah.
Sampai di kaki bukit, berteduhlah
Marakermah dengan adiknya, Nila Kesuma, di bawah sebatang pohon dalam keadaan
lapar. Tertangkaplah oleh Marakermah seekor burung yang sedang hinggap di
dekatnya. Karena lapar, mereka hendak memakan burung itu, dan berusaha hendak
memasaknya lebih dahulu. Datanglah mereka ke pondok seorang petani hendak minta
api untuk membakar burung itu. Tiba-tiba mereka ditangkap petani karena dituduh
hendak mencuri. Keduanya dilemparkan ke laut dan diterjang ombak ke sana
kemari. Nila Kesuma akhirnya terdampar di pantai dan ditemukan oleh Raja
Mengindra Sari, putra mahkota kerajaan Palinggam Cahaya. Nila Kesuma dibawa ke
istana, kemudian dipersunting raja Mangindra Sari, menjadi permaisurinya dengan
gelar Putri Mayang Mengurai.
Marakermah dibawa arus dan
terdampar di pangkalan (tempat mandi di pantai) nenek gergasi (raksasa tua).
Kemudian ia diambil dan dimasukkan dalam kurungan di rumahnya. Kebetulan di
situ telah dikurung pula Putri Raja Cina bernama Cahaya Khairani yang
tertangkap lebih dahulu. Mereka ini akan dijadikan santapan sang gergasi.
Sebuah kapal besar menghampiri
perahu mereka dan mereka ditangkap lalu dimasukkan ke kapal. Nahkoda kapal
jatuh cinta kepada Cahaya Khairani. Cahaya Khairani dipaksa masuk ke kamar
nakhoda dan Marakermah dilemparkan ke laut. Kapal meneruskan pelayarannya.
Dalam keadaan terapung-apung,
setelah kapal berlayar jauh Marakermah ditelan seekor ikan nun (ikan yang
sangat besar). Ikan itu terdampar di pangkan Nenek Kebayan. Seekor
burung rajawali terbang di atas
pondok Nenek Kebayan dan memberitahukan supaya perut ikan nun yang terdampar di
pantai itu ditoreh (dibuka) hati-hati, karena di dalamnya ada seorang anak
raja. Petunjuk burung itu diikuti Nenek Kebayan dan setelah perut ikan nun
ditoreh, keluarlah Marakermah dari dalamnya. Mereka sama-sama senang dan
gembira. Lebih-lebih Nenek Kebayan yang mendapatkan seorang putra yang baik
budi.
Marakermah tinggal di rumah Nenek
Kebayan dan sehari-hari turut membantu membuat karangan bunga untuk dijual dan
dikirim ke negeri lain. Dan cerita Nenek Kebayan tahulah Marakermah, bahwa
permaisuri kerajaan tempat tinggal mereka bernama Mayang Mengurai yang tidak
lain daripada seorang putri yang dibuang ke laut oleh seorang petani ketika
hendak mencari api untuk membakar seekor burung bersama kakaknya. Yakinlah
Marakermah bahwa putri itu sesungguhnya adiknya sendiri.
Kebetulan Cahaya Khairani maupun
Mayang Mengurai sangat menyukai karangan bunga Nenek Kebayan yang sebenarnya
Marakermahlah yang merangkainya. Pada suatu ketika dicantumkannya namanya dalam
karangan bunga itu. Dari nama itu Cahaya Khairani dan Nila Kesuma mengetahui
bahwa Marakermah masih hidup. Bertambah dalam cinta Cahaya Khairani kepada
kekasihnya. Demikian juga Nila Kesuma bersama suaminya, berkemauan keras untuk
segera mencari kakaknya, Marakermah, ke rumah Nenek Kebayan itu.
Betapa gembira mereka atas
pertemuan itu tak dapat dibayangkan. Dengan mudah pula Marakermah bersama
iparnya, Raja Palinggam Cahaya, dapat menemukan tempat Cahaya Khairani
disembunyikan oleh nakhoda kapal. Setelah Cahaya Khairani ditemukan, dan
ternyata ia belum ternoda oleh sang nakhoda, maka dilangsungkanlah acara
pernikahan antara Marakermah dengan Cahaya Khairani, dan nakhoda yang menggoda
Cahaya Khairani dibunuh di Kerajaan Palinggam Cahaya.
Marakermah bersama Cahaya Khairani
kemudian pergi ke tempat ayah-bundanya yang telah jatuh miskin di Puspa Sari.
Dengan kesaktiannya, Puspa Sari yang telah lenyap itu diciptakannya kembali
menjadi kerajaan yang lengkap dengan isinya di daratan Tinjau Maya, yaitu Mercu
Indra. Kemudian ia dinobatkan di sana menggantikan mertuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar