DASAR – DASAR JURNALISTIK
Kuliah
Tamu

Oleh :
EVA
SAHLA RIZQIYAH
071311533017
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
PERS & MEDIA
SOSIAL
Departemen komunikasi Universitas
Airlangga bekerja sama dengan Institut Francais Indonesia (IFI) yang mengadakan
kuliah tamu membahas tentang “Pers dan Media Sosial Dalam Demokrasi di
Indonesia” yang dihadiri oleh beberapa narasumber. Kuliah tamu kali ini lebih
bersifat diskusi yang dilaksanakan pada Selasa, 31 Maret 2015 pukul 10.00 wib
di Aula Soetandyo atau yang lebih dikenal dengan Aula Gedung C FISIP
Universitas Airlangga. Kuliah tamu tersebut wajib dihadiri oleh mahasiswa yang
mengambil mata kuliah Dasar – Dasar Jurnalistik (Dasjur), Pengantar Kajian
Media (PKM), Cyberculture, dan Etika Komunikasi.
Pembawa acara atau selaku MC saat
itu adalah Putrika Santiaji, mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2014. Kemudian
acara dimulai dan di awali dengan pembukaan oleh Veronica, berkenalan sedikit dan
menginformasikan sekilas mengenai Institut Francais Indonesia, wanita asal
Prancis ini memberikan sedikit gambaran. Selanjutnya Dina, selaku perwakilan dari Institut Francais
Indonesia memberikan sedikit sosialisasi mengenai beasiswa atau study di
Prancis. Dina memberikan gambaran mengenai beasiswa yang banyak diberikan oleh
Universitas – Universitas yang ada di Prancis. Universitas Prancis lebih
menekankan kuliah khusus sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya. Biaya
hidup di Prancis bagi mahasiswa akan mendapatkan banyak potongan –
potongan,seperti biaya hidup makan, transportasi, tempat tinggal, gadget,
nonton bioskop, dan sebagainya akan
mendapatkan harga khusus untuk mahasiswa. Murahnya biaya hidup untuk mahasiswa
yang menempuh kuliah di Prancis karena kebijakan publik. Dina mengatakan bahwa
komunikasi merupakan bidang strategis untunk masa depan dan banyak peluang
untuk mendapatkan beasiswa di Prancis.
Acara selanjutnya masuk ke inti dari
kuliah tamu yang di moderatori oleh dosen Ilmu
Komunikasi Kandi Ariani Tamasoa. Diskusi dalam kuliah tamu tersebut di
narasumberi oleh beberapa narasumber. Pertama, Prof. Rachmah Ida PhD, dosen
Ilmu Komunikasi Kajian/ Studi Media. Kedua, Maud Watine, jurnalis Prancis dan
koresponden (JRI, AFPTV, CXTV, Bloomberg, ABC News) dan ketiga, Andi Nurroni,
jurnalis Republika & anggota AJI ( Aliansi Jurnalis Independen Indonesia )
Surabaya.
Dalam kuliah tamu tersebut tentang
Pers dan Media Sosial, membahas praktek media, bagaimana jurnalis bekerja di
Indonesia dan Prancis. Kita sebagai masyarakat sangat perlu pers, memiliki
sosial media untuk mengambil dan mendapatkan informasi. Di era baru yang seperti
sekarang ini jurnalisme juga banyak menemukan kemajuan teknologi. Revolusi pada
teknologi baru ini yang sudah semakin berkembang dan maju adalah kita tidak
selalu menggunakan media cetak seperti koran untuk informasi tetapi di era yang
seperti sekrang ini dengan menggunakan gadget dan kita membuka situs apa saja
yang dapat memberikan kita banyak informasipun kita dapat mengakses dengan
cepat. Media sosial pada era seperti ini lebih banyak diminati oleh masyarakat
untuk mendapatkan informasi. Jawa pos akan menciptakan kacamata surat kabar,
jadi kita sebagai masyarakat perlu kacamata untuk mendapatkan banyak informasi
dari jawa pos tersebut. Seperti halnya jawa pos, media tersebut tidak ada situs
yang dapat memberikan informasi melalui media. Jawa pos lebih ke media cetak,
kita tidak akan menemukan situs jawa pos dalam media sosial tidak seperti
dengan kompas, selain mereka memberikan informasi melalui media cetak koran
mereka juga memberikan situs atau website yang menyediakan layanan medapatkan
informasi di web.
Munculnya internet di Indonesia pada
sekarang ini menjadikan sirkulasi media cetak menurun tetapi disisi lain masih
populer. Adanya internet yang menjadikan masyarakat menjadi menurun dalam hal
membaca media cetak ini menjadikan
perusahaan saling berbondong – bondong
membuat langkah bagaimana mengembangkan surat kabar media cetak yang
menurun seperti era sekarang ini. Contohnya saja koran kompas terbit tiap pagi
di Jakarta seperti halnya juga di Surabaya. Ada juga new voices, new business
trends dan new digital ethics, dilema etika baru yang banyak ditemui seperti
sekarang ini copy paste twit untuk dijadikan bahan berita. Bahkan kita tidak
tahu, contohnya menulis hastag misalnya #saveindonesia itu tidak tahu apa yang
kita dapat dan manfaatkan dari hal- hal seperti itu. Mengenai hal tersebut
bagaimana tentang hak jawab pers ? dalam demokrasi baru seperti sekarang ini
kita dapat memberikan pendapat melalui media sosial, dan sebagainya. Pers juga
harus mempunyai self – encorship dan regulation dan bagaimana kita dapat
menyelesaikannya.
Kematian dari surat kabar ( prophecy
one day? ). Budaya partisipan itu haknya berada di tangan publik, jadi tidak
ada kewajiban tersendiri untuk keharusan membaca media cetak surat kabar.
Kematian surat kabar tidak tahu akan terjadi kapan dan apakah akan terjadi,
seperti sekarang ini saja masyarakat lebih menggunakan internet untuk
mendapatkan informasi dari pada menggunakan media cetak contohnya koran, di
Indonesia masyarakat lebih memilih internet dan sosial media sedangkan berbeda
dengan di Prancis, jurnalisme di Prancis lebih menaruh kepercayaan mereka
kepada media berita daripada melalui media sosial yang kemungkinan kematian
surat kabar itu tidak akan terjadi di Prancis yang bebeda halnya dengan di
Indonesia. Menurut Maud Watine, bahwa informasi yang dibagikan oleh media itu
memprioritaskan hal – hal yang penting saja bahkan yang utama, informasi –
informasi yang biasa saja dan tidak mengandung manfaat banyak publik tidak akan
disiarkan dan diberitakan di Prancis. Mereka akan memilih – memilih berita atau
informasi yang akan di publikasikan kepada masyarakatnya dengan teliti.
Narasumber ke dua, Andi Nurroni
menjelaskan bagaimana hukum pers di Indonesia menjelaskan bahwa jika ada
pelanggaran tentang pers, dewan pers mengenakan hukuman sesuai dengan Undang –
Undang Pers bukan seperti kasus kriminal yang diadili oleh hukum dan hakim. Menjelaskan
bagaimana pers di Indonesia dan juga
bagaimana fenomena wartawan di media sosial.
Issu internet di Indonesia, pada 4
tahun terskhir ini facebook merupakan media sosial yang dikonsumsi banyak
masyarakat di Indonesia. Secara itu online merupakan media yang mempengaruhi
citivity masyarakat, menciptakan hacker dan banyak lagi. Tim yang mengelola dua
media yaitu news paper dan social media. Di Indonesia judul yang menarik
peminat pembaca akan lebih disukai dan dibaca padahal didalam isi berita
tersebut tidak semenarik judulnya. Pembaca seringkali tertipu dengan judul yang
diberikan oleh para pengirim informasi.
Dalam diskusi kuliah tamu tersebut
mendapat banyak perhatian dari mahasiswa – mahasiswi Ilmu Komunikasi sehingga
dalam kuliah tamu tersebut ada beberapa mahasiswa yang ingin bertanya kepada
para narasumber yang sudah memberikan banyak materi kepada mahasiswa. Salah satu
pertanyan yang diberikan oleh salah satu mahasiswa tersebut, apakah penduduk
prancis pernah memanipulasi informasi, seseorang dibayar untuk menulis news
yang terkadang bukan fakta. Dari pertanyaan tersebut dijawab oleh narasumber
Maud Watine, bahwa di Prancis tidak ada hal seperti itu, kalaupun ada bukan
uang tetapi lebih untuk kekuasaan apa yang kan diberikan kepada orang tersebut.
Jawaban ke dua oleh narasumber Rachma Ida yang mengatakan bahwa itu bukan
merupakan culture tetapi lebih ke personalnya itu sendiri. Sedangkan ke tiga
oleh narasumber Andi Nurroni yang mengatakan bahwa kewajiban jurnalis itu
adalah untuk menulis berita, laporan tentang apa saja walaupun hanya sekedar
event.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar